Jakarta, CNBC Indonesia – Kabar bahagia datang dari Amerika Serikat (AS) perihal suku bunga acuan akhirnya dipertahankan kembali, kemungkinan besar ini akan mengakselerasi positif gerak rupiah dalam melawan dolar AS yang sudah terperosok ke zona merah sejak Senin, awal pekan ini.
Melansir data Refinitiv, pada sepanjang perdagangan Rabu (13/12/2023) rupiah ditutup melemah 0,26% ke angka Rp15.655/US$. Padahal, pada awal perdagangan rupiah sempat menguat menguji level psikologis Ro15.600/US$. akan tetapi di akhir sesi harus menerima pelemahan kembali.
Koreksi kemarin membuat rupiah masih melanjutkan tren pelemahan yang telah terjadi sejak Senin, awal pekan ini.
Kembali melemahnya rupiah juga terjadi di tengah indeks dolar AS yang berbalik menguat, Indeks dolar AS (DXY) pada kemarin, pukul 15.05 WIB menguat 0,08% menjadi 103,96. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Selasa kemarin yang berada di angka 103,87.
Kendati rupiah kemarin melemah, hari ini nampaknya bakal menjadi happy day bagi mata uang Garuda lantaran efek dari suku bunga the Fed yang kembali ditahan ke level 5,25% – 5,50%, sesuai perkiraan pasar. Sebelumnya, The Fed diketahui telah menaikkan suku bunga sebanyak 550 basis poin (bps) atau selama 11 kali sejak Maret 2023 ke posisi 5,25% – 5,50%.
Sebagai catatan, The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) kemarin dan hari ini. Hasil keputusan kemudian diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari pukul 02:00 WIB.
Kebijakan the Fed tersebut semakin mengkonfirmasi Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga mencapai lebih dari 98%. Para pelaku pasar sekarang juga melihat kemungkinan pelonggaran moneter tahun depan, memperkirakan peluang hampir 7,8 % penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps) pada Mei 2024, menurut alat pengukur CME FedWatch
Tak hanya itu, faktor pendorong kebijakan the Fed disinyalir berkat hasil inflasi AS yang melandai sesuai dengan ekspektasi pasar, kendati pasar tenaga kerja sempat memanas lagi pada November.
Diketahui, inflasi AS per November 2023 tercatat tumbuh 3,1% (year-on-year/yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Oktober 2023 yakni 3,2% serta sesuai ekspektasi pasar yakni 3,2%.
Inflasi November menjadi yang terendah sejak Juni 2023. Laju inflasi juga sudah jauh melandai dibandingkan puncak tertingginya pada Juni 2022 yang tercatat 9,1%.
Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi melandai ke kisaran 2%.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, tren pergerakan rupiah masih dalam tren sideways saat ini posisinya sudah melemah ke dekat resistance yang didapatkan dari low 13 November 2023 di posisi Rp15.695. Posisi tersebut juga nyaris ke level psikologis Rp15.700/US$. Dengan mengerti posisi resistance, pelaku pasar bisa mencermati-nya sebagai antisipasi jika rupiah lanjut melemah.
Sementara itu, tren penguatan masih potensi terjadi lantaran tak selalu harga akan naik atau turun terus, harga selalu bergerak dalam siklus, oleh karena itu rupiah potensi menguat paling tidak ke support terdekat di Rp15.600/US$, posisi ini bertepatan dengan garis rata-rata selama 50 jam atau moving average 50 (MA50) dan garis horizontal line berdasarkan low candle 11 Desember 2023. https://kesulitanitu.com/